Nasional
Pertama Kali Terekam, Bayi Dugong Muncul di Pantai Mali, Alor
Kaltimtoday.co - Seekor bayi dugong terekam kamera untuk pertama kalinya di perairan Pantai Mali, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat berenang bersama dua individu dugong dewasa, termasuk dugong jantan yang dikenal warga setempat dengan nama Mawar.
Penampakan ini diabadikan oleh Engky Bain, anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola, pada Rabu (9/10). Dalam rekaman berdurasi kurang dari satu menit, Mawar terlihat menggendong bayi dugong di punggungnya dan berenang bersama seekor dugong betina yang disebut Melati.
Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Onesimus La’a—akrab disapa Pak One—mengatakan bahwa bayi dugong tersebut telah beberapa kali terlihat, namun biasanya menghindari kapal. Dokumentasi terbaru ini menjadi yang pertama menunjukkan interaksi langsung antara ketiga individu.
“Kami ingin pastikan padang lamun di sini cukup untuk tiga ekor dugong. Kalau perlu rehabilitasi lamun, kelompok kami siap bantu,” kata Onesimus.
Ekosistem lamun sehat
Menurut WWF-Indonesia, kehadiran tiga individu dugong menunjukkan bahwa ekosistem lamun di kawasan tersebut memiliki kualitas ekologis yang cukup baik untuk mendukung kehidupan satwa laut dilindungi ini.
Ranny R. Yuneni, Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi di WWF-Indonesia, menjelaskan bahwa padang lamun merupakan habitat utama dan sumber pakan bagi dugong.
“Ekosistem lamun yang sehat memungkinkan ruang hidup bagi dugong. Temuan ini memperkuat urgensi perlindungan habitat lamun,” ujar Ranny.
Survei WWF-Indonesia tahun 2024 menemukan tutupan lamun di perairan Pantai Mali berada pada kisaran 73–76%, dengan delapan jenis lamun dari dua famili, termasuk Halophila ovalis, makanan utama dugong.
Sebagai tindak lanjut, WWF-Indonesia bersama pemerintah daerah berencana melakukan survei mamalia laut di Alor pada tahun ini, mencakup populasi dugong, lumba-lumba, dan paus.
Keseimbangan pariwisata dan konservasi
Dengan meningkatnya aktivitas wisata di sekitar Pantai Mali, Ranny mengingatkan pentingnya penerapan kode etik wisata berbasis konservasi agar interaksi manusia tidak mengganggu perilaku alami dugong.
“Interaksi harus tetap berjarak, tidak mengubah pola makan atau migrasi dugong. Pengaturan kapal dan etika pengamatan penting untuk diterapkan,” tegasnya.
Respons pemerintah
Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sarmintohadi, menyambut positif temuan ini. Ia menyebut dugong sebagai spesies rentan (vulnerable) menurut Daftar Merah IUCN dan menegaskan komitmen pemerintah dalam upaya konservasi laut.
“Adanya dua individu dugong baru menunjukkan hasil dari perlindungan ekosistem padang lamun. KKP terus mendorong pengawasan kawasan konservasi dan peningkatan peran serta masyarakat,” ujarnya.
Kemunculan bayi dugong ini dinilai sebagai indikator keberhasilan konservasi berbasis komunitas, serta menjadi simbol penting bahwa pelestarian habitat laut memungkinkan keberlangsungan spesies dilindungi.
[TOS]
Related Posts
- Kilang RDMP Balikpapan Diresmikan 10 November, Bahlil Janji Stop Impor Solar 2026
- Peredaran Uang Palsu Bikin Kesal Pedagang Loa Bakung, Polisi Belum Dapat Laporan
- Rebranding Projo dan Pelajaran Transformasi Identitas Politik
- IKN Buka Sayembara Desain Pusat Kebudayaan di Lahan 33 Hektare
- Gaspol Tahap Dua! IKN Siap Bangun Kompleks Legislatif-Yudikatif Senilai Rp 11,6 Triliun







