DPMD KUKAR

Dari Desa Transmigrasi, Kopi Luwak Liberika Ubah Wajah Pembangunan Prangat Baru 

Supri Yadha — Kaltim Today 04 November 2025 19:13
Dari Desa Transmigrasi, Kopi Luwak Liberika Ubah Wajah Pembangunan Prangat Baru 
Kades Prangat Baru, Fitrianti saat mendampingi kunjungan Wagub Kaltim dan Sekda Kukar di Kampung Kopi Luwak Liberika. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Perjalanan Desa Prangat Baru di Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara, menjadi bukti bahwa potensi besar bisa lahir dari hal yang sederhana, bahkan dari secangkir kopi.

Dulu, desa ini hanyalah kawasan transmigrasi yang dibuka pada 1989. Masyarakatnya menggantungkan hidup dari karet, sementara kopi belum pernah menjadi komoditas unggulan. Namun, siapa sangka, kini justru menjadi ikon kebangkitan ekonomi desa.

Perubahan itu bermula pada Agustus 2020, ketika Bupati Kutai Kartanegara berkunjung ke Prangat Baru menghadiri panen perdana kebun karet khas desa seluas 16 hektare. Dalam suasana hujan, sang bupati disuguhi secangkir kopi hasil panen warga yang ditanam di lahan kecil sekitar dua hektare.

Aromanya kuat, rasanya berbeda, dan meninggalkan kesan mendalam. Setelah tahu bahwa kopi itu adalah varietas Liberika, bupati langsung memberi arahan agar dibentuk kelompok tani yang bisa dikembangkan lebih serius.

“Pak Bupati menyampaikan agar membentuk kelompok supaya bisa dibina ke depannya. Sebulan kemudian kami undang PHKT datang untuk mencicipi kopi dan melihat langsung potensinya. Dari situlah kami resmi menjadi desa binaan selama lima tahun sejak 2020,” kenang Kepala Desa Prangat Baru, Fitrianti, Selasa (4/11/2025).

Dari arahan sederhana itu, semangat baru tumbuh. Para petani karet yang semula fokus pada lateks mulai tertarik menanam kopi. Apalagi karena sistem tumpang sari memungkinkan keduanya tumbuh berdampingan. 

Kopi Liberika dikenal adaptif di tanah gambut dan dataran rendah, sehingga cocok dengan kondisi lahan Prangat Baru. Perlahan, hamparan kebun kopi mulai meluas, hingga kini mencapai 35 hektare, dengan sekitar 20 hektare di antaranya sudah produktif.

Perjalanan pengembangan kopi tidak hanya sebatas budidaya. PHKT memberikan pembinaan teknis, bantuan sarana, dan pelatihan pengolahan pascapanen. Keberhasilan itu turut mengantarkan PHKT meraih sejumlah penghargaan bergengsi, antara lain Proper Gold Award pada 2021 dan 2023, serta Silver Award pada 2022 atas keberhasilannya membina Kampung Kopi Luwak Prangat Baru. 

“Kopi ini istimewa, karena varietas Liberika sangat langka. Di Indonesia, hanya ada tiga titik penghasilnya,” ujar Fitrianti.

Bahkan, pengalaman Fitrianti membawa kopi Prangat Baru ke luar daerah membuka pandangan baru tentang potensi ekonominya. Saat melakukan orientasi lapangan ke Desa Kutuh, Pantai Pandawa, Bali pada 2021, ia bertemu dengan kepala desa setempat yang takjub mendengar nilai jual kopi luwak liberika.

“Beliau bilang, PAD desanya 51 miliar per tahun, 90 persen dari penjualan kopi luwak. Satu seloki mereka jual ke wisatawan mancanegara Rp500 ribu. Jadi ketika saya bilang harga kopi kami Rp5 juta per kilo, beliau justru tertarik kerja sama. Dari situ kami makin yakin, kopi ini bisa jadi jalan menuju kesejahteraan,” ungkap Fitrianti.

Sepulang dari Bali, semangat petani semakin besar. Dukungan pemerintah pusat pun mulai terasa. Pada Desember 2024, Menteri datang langsung ke Desa Prangat Baru untuk meninjau potensi kopi liberika.

Di bulan yang sama, Fitrianti diundang menjadi narasumber nasional kopi di Palu, Sulawesi Tengah. Momen itu menjadi pengakuan bahwa kopi Prangat Baru tidak lagi sekadar produk lokal, melainkan bagian dari jaringan kopi unggulan Indonesia.

“Pulang dari sana lagi, teman-teman kelompok lebih semangat lagi. Kenapa? Karena ternyata setelah kenal dengan dewan Kopi, dewan ekspor kopi, itu mereka antusias juga bahwasannya memang kopi ini memang dari varietasnya memang langka,” tuturnya.

Sementara itu, kelompok tani terus memperluas jaringan pemasaran. Produk kopi luwak liberika Prangat Baru sudah mulai masuk ke hotel-hotel besar seperti Mercure Ibis, dan diminati oleh pembeli dari Italia, Spanyol, Jepang, Thailand, Korea, dan Cina yang datang langsung mencicipinya di lokasi.

Fitrianti berharap keberhasilan ini bisa menjadi pijakan menuju cita-cita yang lebih tinggi.

“Target kami ke depan, Desa Prangat Baru bisa menjadi Desa Mandiri. Kami ingin semua infrastruktur terpenuhi dan masyarakat sejahtera melalui kopi ini. Karena kopi bukan hanya soal rasa, tapi tentang perjuangan dan harapan warga desa,” pungkasnya.

[RWT | ADV DPMD KUKAR] 



Berita Lainnya